Kata Perangkat Desa, “LSM Sering Ke Desa, Kenapa?

Aris Tian

LSM adalah kependekan dari Lembaga Swadaya Masyarakat. Kalau menggunakan bahasa yang lebih modern, dinamakan NGO (Non-Govermental Organization), ada juga yang menyebut Ornop (Organisasi non Pemerintah). Sedang di desa, orang menyebutnya wartawan.

Dalam sudut pandang orang-orang desa (tidak semua), penyebutan LSM dan wartawan adalah dua istilah tidak berbeda.

Yok, mari kita ulik sedikit.

LSM di Bojonegoro

Penulis pernah berkecimpung di salah satu LSM di Bojonegoro sebagai fasilitator program.

“Opo sampean yo njaluk duit no deso-deso ngno kui mas?”

Duit apa ini? Hahaha!

Nggak, bertahun-tahun aku di Bojonegoro – Tuban tidak pernah meminta-minta uang ke desa. Kalau keliling desa sering, biasanya dalam rangka fasilitasi program atau asesmen.

Bedanya, desa malah senang karena mendapat manfaat. Fasilitator ini tugasnya adalah pendampingan dan controlling. Kalau di perusahaan ada namanya KPI (Key Performance Indicator) Kalau di LSM ada namanya LFA (Logical Framework Analysis). Jadi ketika turun ke lapangan, hal yang akan dilakukan sudah jelas.

“Program kui opo mas?”

Jadi di Bojonegoro, Tuban dan Cepu itu kan terkenal dengan Migas. Kalau di Indonesia (setahuku), Perusahaan itu ada namanya dana CSR (Corporate Social Responsibility) atau TSP (Tanggungjawab Sosial Perusahaan).

LSM punya peran disini, sebagai fasilitator dan controlling. Jadi bukan CSR itu langsung dibagi-bagi kaya bansos pemerintah, yang kalau pas kumpul di rumah warga (biasanya gantian di rumah warga) anatara pendamping dan penerima manfaat program di desaku ini, pendampingnya suka membawa buah dari penerima manfat. Dan kalau buahnya tidak enak protes di grup, kata orang-orang lho ini.

Jadi program itu berupa bentuk, ada yang fisik ada yang mengarah ke pengembangan Sumber Daya Manusia.

Meskipun sekarang sejak ada undang-undang OMS (cmiiw) tidak hanya LSM yang bisa melakukan fasilitasi program.

Wartawan dan Jurnalis

Dulu pas era-era kuliah, aku sempet belajar menulis. Mulai dari essay, opini hingga membuat berita. Seperti umumnya, informasi itu ada unsur 5W1H. Dimana 5W itu menerangkan What (Apa), Where (Dimana) When (Kapan) Who (Siapa) Why (Mengapa) dan 1H adalah How (Bagaimana).

Pertanyaan itu akan menjadi informasi dalam pemberitaan. Sehingga pembaca berita dapat mengetahui isi yang terkandung.

Sedangkan dalam berita sendiri ada yang namanya Straight News (Berita langsung) Depth news (Berita mendalam) dan Feature.

Misal sebuah pawai budaya kemeriahan hari kemerdekaan bisa dibuat dalam tiga bentuk berita. Dalam berita online, seperti yang kamu baca di blog ini (sayangnya ini bukan blog berita), minimal untuk Straight news adalah minimum 300 kata. Fungsinya, agar algoritma mesin pencari menganggap bahwa yang ditulis adalah konten berkualitas.

“Kok banyak aturan ya, om?”

Loh sekarang kok nyebut om, tadi kan mas?

“Maaf, tadi ponakan saya mas, hehe”?

Oalah. Jadi memang dalam menulis berita itu tugasnya adalah menyajikan, ada kata kunci sederhana, kalau kamu ingin tau apakah dia seorang jurnalis. Tapi rahasia. Karena rahasia jadi tidak aku kasih tahu.

Dalam memberitakan tidak boleh bersifat intervensi, jadi harus adil. Lalu dalam isi berita, sebisa mungkin menggunakan kata yang tidak diulang, istilahnya diksi. Kalau di online, ada juga aturan untuk jumlah kata pada judul berita/artikel.

Kemudian jurnalis, ada tingkatannya…

“Tapi katanya kalau bayar 300 ribu sudah dapat id card, mas”?

Nah, itu aku nggak tau ya. Aku belum pernah jadi jurnalis. Aku lebih ke blogger dan tidak ingin menyinggung banyak orang.

Setahuku dan ini informasi umum, Jurnalis itu adalah profesi. Kenapa profesi, karena ada tingkatannya. Yang pertama namanya tingkatan Muda, yang kedua Madya dan yang ketiga Utama. Sama kaya tingkatan ahli dalam teknik sipil heheh (Majorku teknik sipil).

Dan tingkatan-tingkatan itu tentunya juga perlu effort atau usaha yang tidak mudah. Dari sini, aku lebih percaya ini. Karena apa? Karena proses tidak akan menghianati hasil. Seperti kutipan yang sering kamu kutip kan ya.

“Sampean kok eroh ngene ki to, mas”?

Halah, iki kan informasi umum.

“Carane ben eroh info-info ngene ki piye, mas”

Gampang, nek kuliah, sampean melok organisasi seng jenenge PMII. Dudu PMI lho ya, tapi PMII, I ne dua.

Nah sampai sini jadi tahu kan, semoga tidak salah lagi menyebut antara lsm dan wartawan.

Jadi kenapa kalau LSM sering ke desa? Kalau bertanya ke aku ya aku jawab. Bisa koordinasi, bisa fasilitasi program, bisa juga penelitian.

Thumbnail: Pinterest/Squareone DigitalArt

Related Post

No comments

Leave a Comment