“Diary Ayam Gayatri: Gagalnya Misi Pengentasan Kemiskinan Menuju Ancaman Jadi Pelengkap Soto”

Ragil Rama

Hari 1:

Nama saya Cemplon

Hari ini saya dan 53 temen saya dikarungin, dibawa naik truk, trus dikasih ke keluarga yang pas terima paket bantuan mukanya campur aduk antara seneng dan bingung. Kata mereka, kami adalah “pahlawan pengentas kemiskinan”. Wah, berat juga tanggung jawab saya. Tapi saya sih cuma ayam petelur biasa, maunya ya cuma makan, tidur, dan kadang-kadang bertelur kalau lagi pengen.

 

Hari 7:

Kandang kami mewah banget! Ada atapnya, ada tempat makan, bahkan ada tulisan “Program GAYATRI – Bantuan Pemkab Bojonegoro”. Kami merasa seperti selebritis. Tapi, tetangga sebelah pada melototin kami sambil pegang hidung. Kayaknya mereka kurang suka sama aroma khas yang kami sebar setiap pagi. Waduh, sorry ya pak, ini mah resiko jadi duta pengentasan Kemiskinan.

 

Hari 15:

Pemilik kami dapat pelatihan. Katanya diajarin cara merawat kami biar produktif. Tapi dia pulangnya cuma bawa sertifikat doang, praktiknya? Masih aja lupa kasih minum. saya sama temen-temen sampai terpaksa nyanyi “Poco-poco” sambil nari-nari biar dia ingat. Lah, emang ayam bisa nari? Ya terpaksa dong, demi survive!

 

Hari 30:

Pakan resmi dari program HABIS,jatah satu bulan kedepan udah di jual sama pemilik gara gara anak pengen pasang wifi biar nonton video pendeknya lebih enak ! Sekarang kami dikasih makan campuran dedak dan sisa nasi. Ada satu temen gue, si Jangkung, sampek demo mogok makan sambil teriak, “Kami mau pakan premium, bukan ampas!”. Tapi ya sudahlah, kami mengerti, pemilik kami juga lagi usaha keras.

 

Hari 45:

Hari bersejarah! Saya akhirnya bertelur juga! Tapi telur saya kecil. Pemiliknya lihat terus ngomong, “Lah, ini telur ayam apa telur burung?”. Saya tersinggung berat. Saya coba kasih telur yang lebih gede besoknya. Dasar manusia, never satisfied!

 

Hari 60:

Ada kabar menyeramkan. Kata si Kukuruyuk (ayam dengan bool ambiyen yang sok tahu), kalau kami nggak produktif, bisa-bisa diajak “jalan-jalan” ke warung soto. Kami langsung panik. Sejak hari itu, kami kerja overtime: makan teratur, tidur tepat waktu, dan yang paling penting sering-sering bertelur! Hidup itu pilihan: jadi ayam petelur atau jadi ayam soto!

 

Hari 90:

Alhamdulillah, kami berhasil! Pemilik kami sekarang punya penghasilan tambahan dari telur-telur kami. Dia bahkan senyum-senyum sendiri lihat uang hasil jualan telur. Tapi tetangga sebelah masih aja komplain, “Bau nya makin menggila, pak!“. Yaudah, nanti kami disuruh pakai parfum kalau gitu!

Hidup sebagai ayam Gayatri itu penuh tekanan. Kami harus bertelur, menghibur pemilik, dan menjaga hubungan baik dengan tetangga. Tapi, yang penting, kami sudah bantu keluarga ini dapat tambahan uang sambil terus berdoa: “Jangan sampai ada yang sakit, jangan sampai harga telur anjlok, dan yang pasti jangan sampai ada yang dijual ke warung soto!” 🙏🐔

 

Cemplon, Ayam Gayatri yang Selamat dari Krisis Eksistensi

Related Post

1 comment

  1. . Avatar
    .

    Sabar ya cemplon, manusia menang seperti itu,,

Leave a Comment